BahanAjar
SEJARAH KELAHIRAN BUDI UTOMO
Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai
politik. Tujuan utamanya adalah kemajuan bagi Hindia Belanda. Hal ini terlihat
dari tujuan yang hendak dicapai yaitu perbaikan pelajaran di sekolah-sekolah,
mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk kepentingan belanja
anak-anak bersekolah, membuka sekolah pertanian, memajukan teknik dan industri,
menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi putera, dan menjunjung tinggi
cita-cita kemanusiaan dalam rangka mencapai kehidupan rakyat yang layak.
Namun tidak semua golongan priyayi mendukung
berdirinya Budi Utomo dengan alasan yang hampir sama yaitu kaum priyayi
birokrasi dari golongan ningrat atau aristikrat mengkhawatirkan eksistensinya
karena jika gerakan tersebut mengancam kedudukan kaum aristokrasi yang
menginginkan situasi status quo, yaitu keadaan yang dapat menjamin kepentingan
mereka. Di kalangan priyayi elite/ gedhe yang mempunyai status mapan
kurang senang keberadaan Budi Utomo sehingga para bupati membentuk perkumpulan Regenten Bond Setia Mulia pada tahun 1908 di Semarang
untuk mencegah cita-cita Budi Utomo yang dianggap menganggu stabilitas mereka.
Sebaliknya, beberapa bupati progresif seperti Tirtokusumo (Karanganyar) sangat
mendukung Budi Utomo. Resistensi dikalangan golongan elite priyayi karena terhadap Budi Utomo sebagai hal yang wajar gerakan kaum
terpelajar tersebut akan membawa perubahan struktur sosial sehingga kaum
intelektual akan mengurangi ruang lingkup kekuasaan elite birokrasi. Meskipun
kaum intelektual pada masa awal pergerakan nasional didominasi kaum priyayi
namun Budi Utomo dapat membahayakan
kedudukan kaum feodal konservatif terkait masalah status sosialnya.
Keunggulan dari dibentuknya Budi Utomo bagi bangsa
Indonesia adalah meningkatnya kualitas penduduk di Indonesia. Karena organisasi
ini melaksanakan pembelajaran bahasa Belanda. Namun pada awal pembentukan Budi
Utomo, organisasi ini memiliki berbagai kendala, yaitu :
a. Pembatasan anggota Budi Utomo hanya untuk masyarakat Jawa dan Madura;
b. Tidak mencampuri urusan politik.
Kongres Budi Utomo yang pertama berlangsung di
Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908. Kongres ini dihadiri
beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II, Magelang, Surabaya,
dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan beberapa hal
berikut.
a. Membatasi jangkauan geraknya kepada penduduk Jawa dan Madura.
b. Tidak melibatkan diri dalam politik.
c. Bidang kegiatan adalah bidang pendidikan dan budaya.
d. Menyusun pengurus besar organisasi yang diketuai oleh R.T.
Tirtokusumo.
e. Merumuskan tujuan utama Budi Utomo yaitu kemajuan yang selaras untuk
negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T. Tirtokusumo yang seorang bupati
sebagai ketua rupanya dimaksudkan agar lebih memberikan kekuatan pada Budi
Utomo. Kedudukan bupati memberi dampak positif dalam rangka menggalang dana dan
keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha memantapkan keberadaan Budi Utomo
diusahakan untuk segera mendapatkan badan hukum dari pemerintah Belanda. Hal
ini terealisasi pada tanggal 28 Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo
disahkan. Dalam perkembangannya, di tubuh Budi Utomo muncul dua aliran berikut:
a. Pihak kanan, berkehendak supaya keanggotaan dibatasi pada golongan
terpelajar saja, tidak bergerak dalam lapangan politik dan hanya membatasi pada
pelajaran sekolah saja.
b. Pihak kiri, yang jumlahnya lebih kecil terdiri dari kaum muda
berkeinginan ke arah gerakan kebangsaan yang demokratis, lebih memerhatikan
nasib rakyat yang menderita.
Adanya dua aliran dalam
tubuh Budi Utomo menyebabkan terjadinya perpecahan. Dr. Cipto Mangunkusumo yang
mewakili kaum muda keluar dari keanggotaan. Akibatnya gerak Budi Utomo semakin
lamban. Berikut ini ada beberapa faktor yang menyebabkan semakin lambannya Budi
Utomo.
a. Budi Utomo cenderung memajukan pendidikan untuk kalangan priyayi
daripada penduduk umumnya.
b. Lebih mementingkan pemerintah kolonial Belanda dari pada kepentingan
rakyat Indonesia.
c. Menonjolnya kaum priyayi yang lebih mengutamakan jabatan menyebabkan
kaum terpelajar tersisih.
Setelah Dr. Cipto Mangunkusumo meninggalkan Budi
Utomo, tidak ada kontroversi dalam organisasi itu namun Budi Utomo kehilangan
kekuatan yang progresif sehingga perkembangan selanjutnya didominasi golongan
ningrat atau aristokrat. Dengan demikian, Budi Utomo tumbuh menjadi organisasi
yang moderat, kooperatif terhadap pemerintah Hindia Belanda dan evolusioner.
Selanjutnya, Budi Utomo mengalami stagnasi
dan aktivitasnya hanya terbatas pada penerbitan majalah Goeroe
Desa dan beberapa petisi yang ditujukan kepada pemerintah Hindia
Belanda dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Kelambanan aktivitas Budi
Utomo disebabkan para pengurus atau pemimpin mereka berstatus sebagai pegawai
atau bekas pegawai pemerintah. Status tersebut menjadikan mereka takut
bertindak dan lemah dalam gerakan kebangsaan. Disamping itu, Budi Utomo
mengalami kemandegan sejak awal permulaannya karena kekurangan dana dan
kurangnya pemimpin yang dinamis. Pada akhirnya Budi Utomo diangap sebagai
organisasi yang lemah dan juga terlalu sempit karena keanggotannya terbatas
pada daerah yang berbudayaan Jawa sehingga ditinggal masyarakat.
Sejak meletus Perang Dunia I tahun 1914, Budi Utomo
mulai terjun dalam bidang politik. Hal ini dapat dibuktikan dengan peristiwa
sebagai berikut :
1) Dalam rapat umum Budi Utomo di Bandung tanggal
5 dan 6 Agustus 1915 menetapkan mosi, agar dibentuk milisi bagi bangsa
Indonesia namun melalui persetujuan parlemen. Pembentukan milisi berhubungan
dengan meletusnya Perang Dunia I tahun 1914. Meskipun Belanda dan Hindia
Belanda tidak terlibat dalam Perang Dunia I, ancaman peperangan berpengaruh
terhadap penduduk Belanda di Hindia Belanda. Kekhawatiran bukan berasal
dari tentara Jerman namun intervensi pasukan Jepang.
2) Budi Utomo menjadi bagian dalam Komite “ Indie
Weerbaar” yaitu misi ke Negeri Belanda dalam rangka untuk pertahanan Hindia
Belanda. Djidjosewoyo sebagai wakil Budi Utomo dalam misi tersebut berhasil
mengadakan pendekatan-pendekatan dengan pejabat Belanda. Meski Undang-undang
wajib militer atau pembentukan suatu milisi gagal dipenuhi pemerintah Belanda,
ternyata parlemen Belanda menyetujui pembentukan Volksraad (Dewan Rakyat) bagai
Hindia Belanda. Budi Utomo segera membentuk sebuah Komite Nasional untuk
menghadapi pemilihan anggota Volksraad meskipun demikian Komite Nasional ini
tidak dapat berjalan sesuai harapan.
Berikut ini beberapa bentuk peran politik Budi
Utomo.
a. Melancarkan isu pentingnya pertahanan sendiri dari serangan bangsa
lain.
b. Menyokong gagasan wajib militer pribumi.
c. Mengirimkan komite Indie Weerbaar ke Belanda untuk pertahanan Hindia.
d. Ikut duduk dalam Volksraad (Dewan Rakyat).
e. Membentuk Komite Nasional untuk menghadapi pemilihan anggota
volksraad.
Volksraad dibuka secara resmi oleh GubernurJenderal
Van Limburg Stirum pada tanggal 18 Mei 1918. Pada tahun 1921 dalam salah satu
konggresnya, Budi Utomo menuntut agar keanggotaan Volksraad dari pribumi
diperbanyak. Meskipun demikian di dalam sidang Volksraad, wakil-wakil Budi
Utomo tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik kepada pemerintah Hindia
Belanda.
Dengan memanfaatkan kesempatan krisis tersebut,
para anggota Volksraad yang radikal menuntut perubahan bagi Volksraad dan
kebijakan politik Hindia Belanda. Unsur-unsur radikal dalam Budi Utomo menjadi
lebih berperan sejak krisis November tersebut. Ketika di Volksraad berdiri
badan Radicale Concentratie, Budi Utomo berperan aktif dalam aktivitas
tersebut. Namun Gubernur Jenderal yang baru yaitu Mr. D. Fock mengambil kebijakan
lebih tegas menanggapi peristiwa di atas. Anggaran pendidikan Budi Utomo
dikurangi secara drastis oleh pemerintah. Sebagai akibatnya terjadi perpecahan
antara golongan radikal dan golongan moderat di Budi Utomo.
Volksraad dibuka secara resmi oleh GubernurJenderal
Van Limburg Stirum pada tanggal 18 Mei 1918. Pada tahun 1921 dalam salah satu
konggresnya, Budi Utomo menuntut agar keanggotaan Volksraad dari pribumi
diperbanyak. Meskipun demikian di dalam sidang Volksraad, wakil-wakil Budi
Utomo tetap berhati-hati dalam melancarkan kritik kepada pemerintah Hindia
Belanda.
Dengan memanfaatkan kesempatan krisis tersebut,
para anggota Volksraad yang radikal menuntut perubahan bagi Volksraad dan
kebijakan politik Hindia Belanda.Unsur-unsur radikal dalam Budi Utomo menjadi
lebih berperan sejak krisis November tersebut. Ketika di Volksraad berdiri
badan Radicale Concentratie, Budi Utomo berperan aktif dalam aktivitas
tersebut. Namun Gubernur Jenderal yang baru yaitu Mr. D. Fock mengambil
kebijakan lebih tegas menanggapi peristiwa di atas. Anggaran pendidikan Budi
Utomo dikurangi secara drastis oleh pemerintah. Sebagai akibatnya terjadi
perpecahan antara golongan radikal dan golongan moderat di Budi Utomo.
Pada konggres Budi Utomo tahun 1923 diusulkan adanya
asas non kooperatif sebagai asas perjuangan namun ditolak oleh sebagaian
peserta konggres. Penolakan ini disebabkan para anggota dan pengurus Budi Utomo
mayoritas pegawai-pegawai pemerintah sehingga akan menyulitkan posisi mereka.
Dr. Sutomo yang tidak puas dengan Budi Utomo pada tahun 1924 mendirikan
Indonesische Studieclub di Surabaya. Penyebabnya adalah asas “Kebangsaan
Jawa” dari Budi Utomo sudah tidak relevan dengan perkembangan rasa kebangsaan
yang menuju pada sifat nasional. Indonesische Studieclub ini pada
perkembangannya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia.
Pada tahun 1927 Budi Utomo masuk dalam PPPKI
(Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia yang
dipelopori Ir. Sukarno. Meskipun demikian, Budi Utomo tetap eksis dengan asas
kooperatifnya. Pada tahun 1928 Budi Utomo menambah asas perjuangannya
yaitu: medewerking tot de verwezenlijking van de Indonesische
eenheidsgedachte ( ikut berusaha untuk melaksanakan cita-cita persatuan
Indonesia). Hal ini sebagai isyarat bahwa Budi Utomo menuju kehidupan yang
lebih luas tidak hanya Jawa dan Madura namun meliputi seluruh Indonesia. Usaha
ini diteruskan dengan mengadakan fusi dengan PBI (Persatuan Bangsa Indonesia)
suatu partai pimpinan Dr. Sutomo. Fusi ini terjadi pada tahun 1935, hasil fusi
melahirkan Parindra (Partai Indonesia Raya), sehingga berakhirlah riwayat Budi
Utomo sebagai organisasi pergerakan pertama di Indonesia.
No comments