Breaking

Sunday, July 9, 2023

Jenis Kesenian Tradisional Banten

Jenis Kesenian Tradisional Banten
Angklungbuhun


Berikut ini beberapa Jenis Kesenian Tradisional Banten

Angklungbuhun
Angklung buhun adalah alat music tradisional khas Kabupaten Lebak, Provinsi Banten Dinamakan buhun karena kesenian ini lahir bersamaan dengan hadirnya masyarakat Baduy.Buhun berarti tua, kuno (baheula). Angklung buhun adalah angklung tua yang menjadi kesenian pusaka masyarakat Baduy. Kesenian ini dianggap memiliki nilai magis (kekuaan gaib)dan sakral.Selain itu kesenian ini juga punya arti penting sebagai penyambung amanat untuk mempertahankan generasi masyarakat Baduy.

Angklung Gubrag
Angklung Gubrag


Angklung Gubrag
Angklung Gubrag Merupakan salah satu kesenian tradisional yang sudah langka, namunmasyarakat Desa Kemuning, Kecamatan Kresek – Kabupaten Tangerang masih melestarikan kesenian Angklung Gubrag pada acara khitanan, perkimpoian dan selamatan kehamilan. Pada masa lalu kesenian Angklung Gubrag dilaksanakan padasaat ritual penanaman padi dengan maksud agar hasil panen berlimpah. Instrumen yang digunakan 6 buah angklung menggunakan bambu hitam, masing-masing memilikinama: bibit, anak bibit, engklok 1, engklok 2, gonjing dan panembal, dilengkapi dengan terompet kendang pencak dan seruling. Di atas angklung dikaitkan pitayang berasal dari kembang wiru, menurut kepercayaan kembang wiru dan air yangberasal dari angklung dipercaya dapat menjadi obat dan penyubur tanaman. Semua pemain berdiri tidak menari kecuali penabuh dogdog lojor menabuh sambil ngibing diiringi beberapa penari perempuan dengan kostum kebaya dan kain.


Bendrong Lesung



Bendrong Lesung
Bendrong Lesung merupakan salah satu kesenian tradisional masyarakat Cilegon-Banten, yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun di masyarakat hingga saat ini.Awalnya kesenian ini merupakan tradisi masyarakat setempat dalam menyambut Panen Raya. Tujuannya untuk mengungkapkan kebahagiaan atas jerih payah yang dilakukan, dan yang telah membuahkan hasil. Dalam perkembangannya, Bendrong Lesung tidak hanya ditampulkan pada penyambutan Panen Raya, tetapi ditampilkan juga pada acara-acara pesta perkimpoian atau upacara peresmian. Bendrong Lesung memadukan musik Lesung atau Lisung (tempat menumbuk padi) dengan musik lainnya yang dimainkan oleh beberapa orang.

Debus
Debus

Debus
Debus adalah seniper tunjukan yang memperlihatkan permainan kekebalan tubuh terhadap pukulan, tusukan, dan tebasan benda tajam. Dalam pertunjukanya, debus banyak menampilkan aktraksi kekebalan tubuh sesuai dengan keinginan pemainnya. Pada masa pemerintaan Sultan Ageng Tirtayasa sekitar abad ke-17 ( 1651-1652), debus difokuskan sebagaialat untuk membangkitkan semangat para pejuang dalam melawan penjajah. Pada perkembangan selanjutnya, debus menjadi salah satu bagian ragam seni budaya masyarakat Banten sehingga kesenian ini banyak digemari oleh masyarakat sebagai hiburan yang langka dan menarik di Banten, permainan debus berkembang di kabupaten lebak, pandeglang, kota cilegon dan kota serang.

Dogdog lojor
Dogdog lojor


Dogdog lojor
Dogdog merupakan alat musik yang terbuat dari batang kayu bulat, tengahnya diberi rongga,namun kedua ujung ruasnya mempunyai bulatan diameter yang berbeda (± 12 – 15cm) dengan panjang ± 90 cm. Pada ujung bulatan yang paling besar ditutup dengan kulit kambing yang telah dikeringkan dan diikat dengan bamboo melingkar yang dipaseuk/ baji untuk menyetel suara atau bunyi. Suara yang dihasilkan akan berbunyi dog dog dog (dalam telinga orang Sunda). Oleh karena itu alat ini diberinama Dog Dog. Sedangkan kata lojor berarti lonjong atau lodor yang sepadan dengan kata panjang. Jadi Dogdog Lojor sam artinya dengan Dogdog Panjang. Kesenian ini berkembang di Banten bagian Selatan KabupatenLebak, dengan pemain berjumlah 12 orang. Pada awalnya pertunjukan seni Dogdog Lojor ini, dilakukan sebagai pelengkap dalam rangka pelaksanaan upacara adat seperti Seren Taun, sedekah bumi atau pun ruwatan. Oleh karena itu, pertunjukan Dogdog Lojor dilaksanakan secara khidmat. Sejalan dengan perkembangan zaman, pertunjukan Dogdog Lojor dilakukan dengan penuh kegembiraan sehingga berkembang menjadi seni pertunjukan hiburan dan permainan rakyat.

Seni Saman



Seni Saman
Seni Saman atau disebut juga Dzikir Maulud yaitu kesenian tradisional rakyat Banten khususnya di Kabupaten Pandeglang yang menggunakan media gerak dan lagu (vokal) dan syair-syair yang dilantunkan mengagungkan Asma Allah dan pujian kepada Nabi Muhammad SAW. berdasarkan literatur disebut Dzikir Saman karena berkaitan arti Saman yaitu Delapan dan dicetuskan pertama kali oleh Syech Saman dari Aceh.Tari Saman berasal dari Kesultanan Banten yang dibawa para ulama pada abad 18sebagai upacara keagamaan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW pada bulan Maulud, namun dalam perkembangan selanjutnya dapat pula dilakukan pada upacara selametan khitanan, pernikahan atau selametan rumah. pemain seni Dzikir Saman berjumlah antara 26 sampai dengan 46 orang. 2 sampai 4 orangsebagai vokalis yang membacakan syair-syair Kitab.

Pantun Bambu
Pantun Bambu


Pantun Bambu
Pantun Bambu adalah alat music tradisional khas masyarakat cilegon yang terbuat dari bamboo berdiameter rata-rata 10 cm, panjang 80cm, beruas dua dengan lubang ditengah dan berlidah disayat dengan tiga buah senar bernada empat tangga nada.Dalam satu grup pantun bambu dibutuhkan paling sedikit tiga pantun yang terdiridari pantun melodi gendang tapak, pantun bas gendang dan pantun ritme patingtung.Pada awalnya music pantun di mainkan di saat-saat melepas lelah setelah para petani berkerja disawah, dengan peralatan bamboo sederhana dapat menimbulkan irama yang menghibur. Dalam perkembangannya saat alat musik "Pantun" telahdi kolaborasi dengan alat musik lainnya seperti musik patingtung, rudat, terbang gede dan sebagainya. Pantun sekarang ini juga digunakan untuk mengiringi lagu dan tarian.

Terbang Gede
Terbang gede merupakan salah satu kesenian tradisional Banten yang tumbuhdan berkembangpada waktu para penyebar agama islam menyebarkan ajarannya di Banten, oleh karenaitu kesenian terbang gede berkembang secarapesat di lingkungan pesantren dan mesjid-mesjid.Kesenian ini disebut terbang gede karena salah satu instrument music utamanya adalaht erbang besar (gede). Pada awalnya kesenian terbang gede berfungsi sebagai sarana penyebaran agama islam, namun kemudian berkembang sebagaiu pacara ritual seperti :ngarak panganten, ruwatan rumah, syukuran bayi, hajat bumi, dan juga hiburan.Terbang gede dimainkan oleh beberapa orang biasanya laki-laki yang telah lanjut usiaterdiri atas Penabuh terbang gede (besar), penabuh sela, penabuh pengarak, penabuhk empul, penabuh koneng, yang diiringi dengan sholawatan nabi dengan bahasa Arab atau pun Jawa.

RampakBeduk
Rampak Beduk merupakan sajian instrument berupa perkusi, yang ditingkahi suara bedug berbagaiukuran.Ada empat bedug diikat kain merah biru, yang dipukul oleh pemain yangberdiri di tengah.Di pinggirannya, kelompok music menimpali dengan bedug berbagai ukuran. Sesekali suara terdengar dari mulut para pemainnya, mirip suara musik tiup.Namun,tak ada sajian instrument tiup. Yang terdengar, suara harmonis antarabedug dan para vokalis tradisi saling menyahut. Seni Rampak Bedug berawal dari kebiasaan penduduk berkeliling kampung sambil memukul bedug kala sahur di bulan puasa. Yang kemudian dijadikan ajang untuk beradu keras memukul bedug. Alhasil terjadilah pertemuan antar mereka, saling beradu kekuatan bedug. Tari Rampak Beduk Banten dimainkan oleh secara masal. Sekilas, gerakannya mirip tarian dari daerah Aceh.

Ubrug
Ubrug adalah sen ipertunjukkan teater rakyat,yang menampilkan cerita / lakon, lawakan, tarian dan lagu. Masyarakat menyebut ubrug karena kesenian ini setiap tampilnya dulu selalu menimbulkan  keramaian yang luar biasa.Sebagian masyarakat memanggilnya pula dengan sebutan Topeng,karena di bagian awal pertunjukkan ditampilkan pula tarian pembuka, yang disebut sebagai topeng ubrug atau ronggen gubrug. Lakon yangd ipentaskan biasanya tergantung permintaan yang empunya hajat. Berupa lakon jamananbaheula, babad atau legenda, atau juga cerita masakini, misalnya drama rumah tangga. Pementasan diawali dengan pemberitahuan dari penabuh gamelan, dimaksudkan untuk menarik perhatian penonton agar segera berkumpul, kemudian dari balik layar keluarlah beberapa orang penariwanita (Ronggeng)  mempertunjukkan kebolehannya dalam menari. Pada acara ini biasanya dimanfaatkan oleh para penonton untuk bergabung ikut menari berpasang-pasangan sampai beberapa lagu yang telah dibeli atau dipesanpara penonton. Pada pertengahan  pertunjukkan biasanya diselingi dengan dagelan / lawakan yang amat ditunggu-tunggu oleh penonton. Pertunjukkan akan berakhir saat menjelang Shubuh dinihari. Di Kabupaten Pandeglang atau Kota Serang sampai saa tini, Kesenian Ubrug masih berkembang.

Buaya putih
Seni tradisional yang berkembang di kampong Curugdahu Desa Kadubeureum Kecamtan Padarincang Kabupaten Serang,  Iringan ngarak Buaya putih biasannya dilakukan dalam kegiatan mengirimkan  bahan-bahan keperluan hajatan yang menjadi ciri khas daerah setempat, dimana keperluan hajatan ditata sedemikian rupa pada sebatang pohon bambu yang dibentuk rangka mirip seekor buaya, dengan panjang mencapai 8 sampai 10 meter, dengan dihiasi janur kelapa. Buaya putih dimainkan secara keseluruhan oleh 40 orang, dimana 4 orang pemain laki-laki yang bertugas memegang umbul-umbul sebagai pembatas barisan, 2 orang dibagian paling depan dan 2 orang lagi sebagai pemegang spanduk,  1 orang sebagai penarik penonton,  dibelakang 10 orang sebagai penari mojang desa, berdiri sepasang pengantin yang diapit kedua orang tua yang dilengkapi dengan seorang pembawa paying kebesaran. Dibagian tengah terdapat 4orang sebagai pemikul Buaya putih yang harus mampu memainkan Buaya Putih dengan baik, dibawah kendali seorang pawangbuaya yang bernama Ma Ijah, tarian Buya Putihini diiringi oleh 14 orang pemain musik Rudat, dengan alat yang terdiri dari: Gending Pariaria, kemplongan, Gembrung.

= Baca Juga =


1 comment:

  1. Terima kasih telah berbagi informasi yang bermanfaat. Jazakallahu khairan, Semoga Allah senantiasa memberikan keberkahan atas Anda dan bagi kita semua.

    ReplyDelete